Judul : 3. Tambo Kejai : Bimbang Gedang
link : 3. Tambo Kejai : Bimbang Gedang
3. Tambo Kejai : Bimbang Gedang
3. Bimbang Gedang
Klik
Kembali ke Bag.2
Tanggal 11 bulan berikutnya Raden Cetang mendahului datang ke Wingin Culo Watu. Ia bersembunyi di bawah peak sembilan tambun (Ampas sirih) di bawah pohon beringin itu. Dua hari dua malam ia menunggu di tempat itu, tibalah malam yang di nanti nantikan. Malam ke 13 bulan terang benderang, turunlah 9 dewa. Mereka duduk pada dahan-dahan beringin yang ditumbuhi anggrek bulan yang besar besar.
Setelah beberapa saat bergurau, mulai raja dewa berkata, "Marilah kita membicarakan soal nang-nang yang akan kita berikan kepada ketujuh bersaudara anak raja Majapahit yang patut menduduki singgasana kerajaan".
Adapun nang-nang (teka-teki) yang akan diberikan, pertama menentukan pangkal dan pucuk dari sebatang tongkat kayu yang ujung pangkalnya sudah dibentuk sama besarnya. Kedua, menentukan jantan dan betina dari ekor anak itik yang sama besar (kira-kira berumur seminggu) dan yang ke tiga menjawab nang-nang yang berbunyi sebagai berikut:
Nang-nang si burung nang
Nang kusimpang samping jalan
Gertak kudo tigo retak
Siape ngen megong tanah Mojopahit
Mutus maras tanah Metaram
Adapun jawab dari pada ketiga nang-nang itu dijelaskan pula, pertama apabila tongkat itu diletakkan di atas air pangkalnya akan tenggelam dan pucuknya akan terapung. Jawab yang kedua anak itik dibawa ke pinggir sungai, maka yang jantan akan terjun lebih dahulu ke air itu. Dan jawab nang-nang yang ketiga sebagai berikut :
Nang-nang si burung nang
Nang kusimpang samping jalan
gertak kudo tigo retak
Aku ngen megong tanah Mojopahit
Mutus maras tanah Metaram
Setelah mufakat selesai, diutuslah seorang dewa pergi ke kerajaan Mojopahit untuk memerintahkan agar di kerajaan diadakan bimbang gedang mulai tanggal 11 bulan berikutnya. Pada malam ke 13 atau ke 14 Raja Dewa akan datang membawa nang-nang. Barang siapa yang dapat menjawab nang-nang akan diangkat menjadi raja dan langsung dinobatkan oleh Raja Dewa.
Dewa itu kembali, selesai mufakay, seluruh dewa itu terbang kembali ke langit. Raden Cetang kembali ke kerajaan dan langsung masuk ke bilik. Karena hatinya lega dan puas, tertidurlah ia sepanjang hari. Bahkan ia tak pernah ke luar dari biliknya.
Diluar orang sedang sibuk menyiapkan segala keperluan untuk bimbang gedang. Mendirikan balai yang lebih besar, menghias seluruh kampung dan mengumpulkan bahan bahan makanan. Di seluruh pelosok ditabuh canang, menyiarkan bahwa tidak ada kecuali, besar kecil, tua muda, harus berkumpul di balai kerajaan sejak tanggal 11 bulan depan untuk menghadiri bimbang gedang penobatan raja Mojopahit.
Demikianlah pada hari dan malam yang ditetapkan itu, ramailah kota kerajaan Mojopahit dikunjungi oleh penduduk dari hulu dan hilir lengkap dengan bermacam macam keseniannya.
Dua hari dua malam bimbang gedang berlangsung, pada malam ke 13, tengah penari mematah dayung, datanglah Raja Dewa. Ia hinggap di kayu penyukung. (Kayu penyukung adalah garis tengah balai, yaitu batas antara penari lelaki dengan penari perempuan untuk mengubah gerak tari waktu pertukaran tempat, yang disebut patah dayung)
Semua alat bunyi bunyian dihentikan dan seluruh penari penari pun duduk bersimpuh. Berkumpullah putera-putera raja. Yang hadir hanya enam orang. Raden Cetang sengaja tidak diberitahu. Mereka takut jangan jangan ia terpilih menjadi raja. Raja Dewa mengeluarkan ketiga nang-nang itu kepada putera-putera raja satu demi satu. Masing masing hanya ternganga saja. Tidak dapat menjawab.
Setelah dihitung, ternyata putera raja itu kurang satu. Ditanyakanlah kepada mereka itu saudara mereka yang seorang lagi. Menurut perhitungan selama ini putera raja Mojopahit berjumlah tujuh orang. Raja Dewa memperingatkan kepada mereka agar bimbang gendang diteruskan dan pada malam ketiga belas bulan depan ia akan datang lagi untuk mengeluarkan nang-nang itu kepada putera yang ke tujuh.
Berkeliaranlah keenam putera raja itu mencari adiknya Raden Cetang. Di seluruh kampung dan ladang ditanyakan kalau kalau ada yang melihat adik mereka raden Cetang. Mereka tahu kalau adik mereka pernah mengatakan bahwa ia akan bertamasyah ke luar kota. Setelah penat mencari, mereka pulang ke kota dan mencari dalam istana, ternyata Raden Cetang ada dalam biliknya dan tidur nyenyak
Klik
Menuju Bag. 4
Klik
Menuju Bag. 4
Demikianlah Artikel Dari Admin Gondrong 3. Tambo Kejai : Bimbang Gedang
Sekianlah artikel 3. Tambo Kejai : Bimbang Gedang kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel 3. Tambo Kejai : Bimbang Gedang dengan alamat link https://curup-idaman.blogspot.com/2011/11/3-tambo-kejai-bimbang-gedang.html
0 Response to "3. Tambo Kejai : Bimbang Gedang"
Post a Comment