Judul : 6. Tambo Kejai : Puteri Senggang
link : 6. Tambo Kejai : Puteri Senggang
6. Tambo Kejai : Puteri Senggang
6. Puteri Senggang
[Puteri Serimbang Bulan]
Klik
Kembali ke Bag.5
Note :
Bagian ini mengisahkan :
1.Asal usul nama daerah Air Ketahun.
2,Asal usul nama daerah Air Santan
3.Asal usul desa Ujung Tanjung, dan 4 sub-suku Rejang yang mendiaminya yaitu :4.Asal usul nama Putri Senggang atau Puteri Serimbang Bulan
- Suku Muning Agung,
- Suku Tunggok Meriam ,
- Suku Pantai Jeragan dan
- Suku Setio Bulen Tuai
Raden Cetang, teringat janji dengan seorang perempuan tatkala mengikat janji di Luhmahfuz. Putri itu bernama Puteri Serimbang Bulan.
Menurut perjanjian, mereka akan bertemu jodoh di dunia nanti. Sang puteri memberi pedoman, bahwa ia akan turun ke dunia nanti di hulu sungai yang airnya paling antan (berat).
Raden Cetang meinggalkan kerajaan Mojopahit. Ia menyeberang lautan dengan sebuah sampan. Arahnya ke barat menuju pulau Sumatera. Dari pantai sumatera-selatan bahagian barat ia menyusur pantai terus ke utara dan menamai beberapa buah sungai yang bermuara ke laut. Tiap tiap air sungai itu ditimbang beratnya.
Akhirnya ia menemui sebuah sungai yang airnya ternyata lebih dari yang lain. Bahkan (menurut pencerita) lebih berat dari air laut.
Dengan bertemunya air sungai itu akan ketahuanlah tempat kelahiran Puteri Serimbang Bulan. Dan sungai itu diberinya nama air Ketahun, kemudian akhirnya menjadi air Ketahun.
Dimudikinya air Ketahun. Semua anak sungai yang bermuara ke Air Ketahun ditimbang lagi beratnya, sampai akhirnya ia bertemu dengan sebuah anak sungai yang paling berat timbangannya. "Inilah air yang paling antan", katanya. Selanjutnya air itu disebut air Antan dan akhirnya menjadi air Santan.
Dekat muara Air Santan ada sebuah ladang, yang didiami seorang nenek. Dihampirinya pondok di tengah ladang itu sambil memanggil manggil siapa yang mempunyai ladang. Dari dalam pondok keluarlah nenek menjenguk orang yang memanggil manggil.
"Silahkan ke pondok, Nak", kata nenek setelah dilihatnya ada orang di pekarangan pondoknya.
Sambil mengucapkan terima kasih, naiklah Raden Cetang ke tangga yang terbuat dari bambu dan terus diajak oleh nenek masuk ke dalam pondok.
Raden Cetang tinggal bersama nenek di pondok itu, oleh desakan nenek untuk menemaninya. Nenek tersebut tinggal seorang diri di ladang yang terpencil itu. Beberapa bulan yang lalu suaminya meninggal. Jadi sekarang ia tinggal sebatang kara. Tidak ada teman bergurau, kawan berbicara atau lawan berunding, selain seekor kucing tua yang bersedia membersihkan rumahnya. Seekor ayam jantan kadang-kadang berkokok menyentakkan nenek dari lamunannya.
Tak jauh dari ladang nenek, ada sebuah kampung yang didiami oleh seorang bekas raja dari Pagar Ruyung. Namanya Raja Magek. Ia telah kawin dengan seorang perempuan anak Merejang Sawah.
Kampung ini bernama Kutai Ukem, Raja Magek itulah yang memerintah kampung itu. Ia telah mempunyai tiga orang anak laki-laki. yang seorang bernama Setio Kelawang, anaknya dengan Siti Rahma, anak Merejang Sawah tadi. Sedangkan yang seorang lagi bernama Setio Sawang, adalah anaknya dari Pagar Ruyung, baru datang mencari ayahnya setelah ditinggalkan sejak kecil.
Kelak, empat orang anak Setio Kelawang mendiami lembah, yang sekarang dinamai Ujung Tanjung. Itulah sebabnya sekarang di dusun Ujung Tanjung terdapat empat suku, yaitu Suku Muning Agung, Suku Tunggok Meriam , Suku Pantai Jeragan dan Suku Setio Bulen Tuai, kepala suku itu diwarisi secara turun temurun.
Pada saat itu isteri Rajo Magek akan melahirkan seorang anak. Telah seminggu lamanya namun anak belum juga lahir. Telah banyak dukun yang dipanggil, tapi tak satupun obat yang mujarab. Sedangkan tanda-tanda akan melahirkan sudah ada.
Rajo Magek memerintahkan orang mencari kalau kalau masih ada dukun yang belum dipanggil, atau siapa saja yang dapat membidani istrinya.
Melalui percakapan percakapan orang kampung, ada seorang pendatang entah dari mana, tinggal bersama dengan nenek di ladang dekat muara Air Santan. Mungkin orang ini dapat menolong isteri Rajo Magek.
Beberapa orang disuruh Rajo Magek untuk menjemput Raden Cetang, tetapi ia menolak karena ia tak dapat membidani orang bersalin. Rajo Magek sangat gelisah hatinya, ia sendiri pergi menjemput.
Pada mulanya Raden Cetang tetap menolak permintaan Rajo Magek. Beberapa alasannya tidak dihiraukan oleh Rajo Magek.
Akhirnya Raden Cetang mengalah karena Rajo Magek menetapkan suatu perjanjian. Kalau anak itu nanti laki-laki maka Raden Cetang boleh mengambilnya menjadi anak atau budak yang akan menjadi pembawa buntil. Jika anak itu perempuan, maka anak itu akan dijodohkan dengan Raden Cetang kalau sudah dewasa kelak.
Berangkatlah mereka menuju ke rumah Rajo Magek. Raden Cetang mengeluarkan ramuan obatnya. Dengan obat dan isyarat yang mustajah, lahirlah seorang anak perempuan. Anak tersebut telah menampakkan bakat wajah yang cantik, laksana bulan purnama. Diberilah namanya ketika itu juga juga Puteri Serimbang Bulan.
Tapi orang dusun sering memanggilnya Puteri Senggang, karena kelahirannya tersenggang beberapa lama hingga saat dibidani oleh Raden Cetang
Klik
Menuju Bag.7
Demikianlah Artikel Dari Admin Gondrong 6. Tambo Kejai : Puteri Senggang
Sekianlah artikel 6. Tambo Kejai : Puteri Senggang kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel 6. Tambo Kejai : Puteri Senggang dengan alamat link https://curup-idaman.blogspot.com/2011/11/6-tambo-kejai-puteri-senggang.html
0 Response to "6. Tambo Kejai : Puteri Senggang"
Post a Comment