Judul : 10. Tambo Kejai : Iben Penaok
link : 10. Tambo Kejai : Iben Penaok
10. Tambo Kejai : Iben Penaok
10. Iben Penaok
Sirih Penyapa
Klik
Kembali ke Bag.9
Ade iben kembuk ba iben
Iben ade depicik nik, pinang ade depiok alus
Temotoa adat istiadat, bekutai benatet, bekorong bebekapung,
Lamen ade mendeak besimeak,
Su ang beduai buliak nadeak, pat belemo buliak mbilang mun juak
Iben ngen pinang.
Adat ati ade da kelabua, rian ati ade da kelomon
adat gimasiak nakei, rian gimasiak tenunggau
Tapi sayup na ba kute, sep na ba sado.
Coa kulo sayup magea rambok bilang, coa kulo sep magea rambok kecek,
Sayup ne magea mas pitis, sep na magea rto bendo
Tebito kundei luea rureak, tekabar kunei luea kuto
Ade mendeak besimeak lok temarap uleak penyuseak
Mako munjuak iben pinang, iben penaok
Tando arok tando suko
Mujua magea keme, malang magea kunu o".
Terjemahannya :
"Ada sirih makanlah sirih,
Sirih ada secarik kecil, pinang ada sekikis halus
Menurut adat istiadat, berkutai berkampung halaman
Jika ada tamu datang
Seorang atau berdua boleh dikata, empat berlima boleh dibilang
Mengunjukkan sirih dengan pinang
Adat belum ada yang samar/hilang, belum ada juga yang tercemar
Adat masih dipakai, juga masih ditaati
Tetapi semuanya segala berkurang
Tidak pula kekurangan pada tutur bahasa
Kurangnya pada mas dan uang, harta benda
Terberita dari luar lurah, terkabar dari luar kampung
Ada tamu yang akan menyertai perhelatan
Makanya diunjuk sirih pinang, sirih penyapa
Tanda harap dan tanda suka
Mujur (bergembiralah) kami, sungguh malang bagi kalian".
Selesai si penjemput berserambak, maka dijawablah oleh tamu dengan serambaknya pula.
Biasanya serambak ini bersahut sahutan, saling mengeluarkan kepandaiannya menyerambak. Serambak itu kadang kadang diselingi dengan teka-teki dan permintaan-permintaan yang diucapkan dengan serambak berupa ibarat, sehingga tidak jarang salah satu pihak tidak dapat mengartikannya, sehingga para tamu yang dijemput belum berkenan pergi ke balai kejai.
Melihat hari telah petang, sedangkan penjemput belum juga pulang, maka pergilah orang yang di anggap cakap untuk menyongsong, karena orang telah tahu bahwa penjemput tadi telah terdesak kata.
Karena bantuan penyongsong tadi, maka terdapatlah kata sepakat dan tamupun berkenan untuk pergi ke balai kejai untuk menari.
Selain sambei andak yang dilakukan pada pertengahan menari, ada lagi sambei yang dilakukan pada malam akhir kejai. Sambei itu bernama sambei gandei. Kalau pada sambei andak isinya hanya beriba iba tentang kehidupan di dunia, maka sambei gandei adalah berisi tentang riwayat dan tambo, yang diselingi dengan pertanyaan pertanyaan yang sifatnya menguji lawan. Apabila seseorang terdesak jawaban, maka dibantulah oleh orang dibelakangnya. Bantuan ini kadang hanya berbisik bisik, kadang kadang dengan suara keras. Pihak yang lain tak mengetahuinya, karena lawannya menyambei masih menutup muka dengan kipas. Masih disangkanya yang itu jugalah yang menjawab sambeinya.
Apabila sambei selesai dengan kata sepakat, maka diadakanlah acara mengisi buluh lemang yang dilakukanj oleh bujang gadis.
Tetapi bila sambei gandei tidak mendapat kata sepakat, maka tuan rumah (yang mendirikan kejai) didenda dengan menunda penutupan kejai tiga hari lagi.
Demikianlah pelaksanaannya, masing-masing harus tunduk kepada adat istiadat. Siapa yang merasa dirinya kalah harus/mungkin di denda.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para peserta didenda dengan sepasang punjung, yaitu sepiring punjung nasi yang ditumpukkan pada piring seperti setengah bola, atau di ganti dengan uang empat rupiah (maksudnya rupiah emas).
Bersambung . . . . .
Demikianlah Artikel Dari Admin Gondrong 10. Tambo Kejai : Iben Penaok
Sekianlah artikel 10. Tambo Kejai : Iben Penaok kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel 10. Tambo Kejai : Iben Penaok dengan alamat link https://curup-idaman.blogspot.com/2012/02/10-tambo-kejai-iben-penaok.html
0 Response to "10. Tambo Kejai : Iben Penaok"
Post a Comment