Judul : Rejung : Taneak Pusako - The Ancient Land
link : Rejung : Taneak Pusako - The Ancient Land
Rejung : Taneak Pusako - The Ancient Land
Rejung by Yulisman
This is mourning rejang people poem as rejang litelary form call as rejung. This tittle meaning : The ancient land accompanied with single guitar string humming by the singer.
Rejung
This is mourning rejang people poem as rejang litelary form call as rejung. This tittle meaning : The ancient land accompanied with single guitar string humming by the singer.
Taneak Pusako
Singer by Yulisman - Rejung : Taneak Pusako Rejang folk song |
pengodai taneak pesako
pengodai taneak pesako
pun cabe woy be tekik-tekik
epun cabe woy be tekik-tekik
meresai do o biaso
meresai do o biaso
kaleu tepike woy gi megis atie
kaleu tepike woy gi megis atie
bioa mudew benangei musei
bioa mudew benangei musei
pun peko woy belebet dawen
epun peko woy belebet dawen
ite sejudew gi paset cigei
ite sejudew gi paset cigei
ku binamen ko mesoa leyen
uku binamen ko mesoa leyen
tabeareneak jamen ne pan njang
tabereneak jamen ne pan njang
beak jamen woy si bioa musei
beak ba jamen woy si bioa musei
dio celako te cito su ang
dio celako te cito su ang
mete cenito woy cigei lak igei
mete cenito woy cigei lak igei
tebat siang dalen sedatang
tebat siang dalen sedatang
dalen meli ing woy mai sadie perbo
dalen meli ing woy mai sadie perbo
dio celako tecito suang
dio celako tecito suang
pateak ating sako ku si teko
pateak ating sako ku si teko
tabeareneak mai suko datang
tabeareneak mai suko datang
dalen bekilok woy mai kawuk perbo
dalen bekilok woy mai kawuk perbo
gen padeak nasib yo malang
gen padeak nasib yo malang
awak ba payeak woy nusir tun kulo
awak ba payeak woy nusir tun kulo
- Sung by: Yulisman
- Gitar By : Yulisman
- Lyric by : Curup Kami
- Publish by : Tun Jang
Rejung
Sesuai dengan alam yang berada di pelosok-pelosok bukit barisan, menyebabkan anak-anak Rejang dekat dengan kehidupan alam, sehingga tidak mengherankan jikalaupun mereka sudah jauh pergi merantau tetap saja kencenderungan ingat kepada alam yang indah di dataran tinggi sumatra, meski kadang menjadikan angan-angan untuk pulang. Sejalan dengan keadaan seperti itu terkadang tidak mengherankan apabila dalam kesendirian di dalam belantara sambil mengumpulkan hasil hutan mereka menembangkan lagu-lagu yang memiliki muatan budaya yang tinggi, dan apa yang keluar dari hati mereka biasanya sangatlah erat dengan situasi, dimana tidak ada politik, ataupun intervensi dari pihak manapun melainkan murni guratan suara hati, yang terkadang terdengar lirih, sedih dan sendu. Sya’ir beserta irama itulah yang disebut dengan rejung, adapun sya’ir di sini berupa pantun yang terdiri dari empat bait, dimana dua bait adalah sampiran dan dua bait lagi merupakan isi dari pantun tersebut.
Di dataran tinggi sumatra, seni sastra diturunkan secara lisan oleh nenek moyang mereka secara turun temurun. Guritan, Anda-andai, memuning, dan rejung (rejunk) adalah bentuk sastra lisan tersebut. Untuk tiga jenis sastra yang pertama, guritan, andai-andai dan memuning, biasanya tidak memakai media alat musik. Akan tetapi untuk jenis rejung dapat dilakukan tanpa alat musik atau mempergunakan alat musik. Alat musik yang dapat dipergunakan antara lain adalah Ramanika (Accordion), Piul (Violin), Gambus, ataupun Gitar Tunggal. Sementara alat musik yang lain seperti Suling (seruling), Seredam , dan Ginggong (Ginggung) tidak dapat dipergunakan untuk megiringi tembang atau rejung dikarenakan ketiga alam musik tersebut adalah alat musik (sejenis alat musik tiup). Dari sekian alat musik yang dapat mengiringi tembang hanya guitarlah yang paling menonjol dikarenakan berkemungkinan dalam mempelajarinya tidak terlalu sulit bila dibandingkan dengan alat-alat yang lainnya.
Seni rejung ini banyak berkembang pada suku serumpun anak bukit barisan (istilah penulis) atau sering diistilahkan dengan Lagu Batang Hari Sembilan ini terdiri dari beberapa suku antara lain : Rejang, Besemah, Lahat, Ogan, Pagar Alam, Lintang dan daerah yang memiliki kemiripan bahasa degan dealek "e" contoh kata = tebu). (Anak semende dan gitar tunggal blog)
Di dataran tinggi sumatra, seni sastra diturunkan secara lisan oleh nenek moyang mereka secara turun temurun. Guritan, Anda-andai, memuning, dan rejung (rejunk) adalah bentuk sastra lisan tersebut. Untuk tiga jenis sastra yang pertama, guritan, andai-andai dan memuning, biasanya tidak memakai media alat musik. Akan tetapi untuk jenis rejung dapat dilakukan tanpa alat musik atau mempergunakan alat musik. Alat musik yang dapat dipergunakan antara lain adalah Ramanika (Accordion), Piul (Violin), Gambus, ataupun Gitar Tunggal. Sementara alat musik yang lain seperti Suling (seruling), Seredam , dan Ginggong (Ginggung) tidak dapat dipergunakan untuk megiringi tembang atau rejung dikarenakan ketiga alam musik tersebut adalah alat musik (sejenis alat musik tiup). Dari sekian alat musik yang dapat mengiringi tembang hanya guitarlah yang paling menonjol dikarenakan berkemungkinan dalam mempelajarinya tidak terlalu sulit bila dibandingkan dengan alat-alat yang lainnya.
Seni rejung ini banyak berkembang pada suku serumpun anak bukit barisan (istilah penulis) atau sering diistilahkan dengan Lagu Batang Hari Sembilan ini terdiri dari beberapa suku antara lain : Rejang, Besemah, Lahat, Ogan, Pagar Alam, Lintang dan daerah yang memiliki kemiripan bahasa degan dealek "e" contoh kata = tebu). (Anak semende dan gitar tunggal blog)
Demikianlah Artikel Dari Admin Gondrong Rejung : Taneak Pusako - The Ancient Land
Sekianlah artikel Rejung : Taneak Pusako - The Ancient Land kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Rejung : Taneak Pusako - The Ancient Land dengan alamat link https://curup-idaman.blogspot.com/2013/04/rejung-taneak-pusako-ancient-land.html
0 Response to "Rejung : Taneak Pusako - The Ancient Land"
Post a Comment